Jumat, 17 Oktober 2008

Tokoh NU Raih Doktor Di Usia Senja


Salah seorang tokoh NU sekaligus dosen Universitas Islam Jember (UIJ), Drs. KH. Sahilun A. Nasir, Minggu lalu (12/10) berhasil meriah gelar doktor di Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Gelar tersebut diraih setelah, Pak Sahilun –sapaan akrabnya—berhasil mempertahankan disertasinya yang bertajuk “Syaykh Muhammad Nawawi Al-Bantani al-Jawi (Studi Pemikiran Kalam Seorang Ulama Perintis”. Dalam acara yudisium yang digelar di aula Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel tersebut, tim penguji yang diketuai Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA., akhirnya memberikan nilai “sangat memuaskan” kepada Pak Sahilun. Dan iapun berhak menyandang titel doktor di depan namanya.


Uniknya, Pak Sahilun meriah gelar itu dalam usia yang sudah senja, yaitu 67 tahun. Lelaki kelahiran Desa Mejobo, Kudus, Jawa Tengah, 12 Pebruari 1941 itu, sudah pensiun dari semua kedinasan. Ia pernah menjabat Dekan Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel (kini STAIN) Jember dua periode. Ayah 3 anak ini, termasuk tokoh NU yang cukup disegani di Jember. Walaupun namanya tidak masuk dalam struktural NU, tapi sumbangan pemikirinnya kepada NU, tidak bisa dibilang kecil. Pak Sahilun juga mendirikan pesantren mahasiswa “Al-Jauhar” sebagai tempat menggembleng kader-kader NU.


Sejatinya, raihan gelar doktor Pak Sahilun, tak membawa efek apa-apa dalam karirnya selaku pendidik. Sebab, sejak pensiun dari PNS (2006), boleh dikata karirnya sudah tamat. Tapi Pak Sahilun memang type pendidik sejati, sehingga keinginanya untuk mencari ilmu tetap menggebu. Ia harus berjibaku dengan waktu dan kesibukan. Belum lagi, ketahanan fisiknya yang mengharusnya bolak balik Jember–Surabaya. “Nawaitu saya hanya satu; tholabul ‘Ilmi. Itu saja,” ujarnya.


Kendati mengurangi kesibukannya di dunia pendidikan, namun ia masih aktif memimpin MUI Kabupaten Jember sejak 2001 hingga sekarang. Pak Sahilun, sejak 2006 juga menjadi Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (ary).

Tidak ada komentar: